Prof. Gumilar: Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu



KOMPAS (15/09/2011) menurunkan berita: “Tiga Opsi untuk UI”. Berita tersebut dirangkum dari hasil pertemuan per 13 September 2011 yang dihadiri oleh ketua Majelis Wali Amanat (MWA), para wakil rektor, seluruh dekan, dan perwakilan mahasiswa. Ketiga opsi itu:
1. Memperpanjang periode MWA hingga selesai pemilihan rektor
2. Mempercepat pemilihan rektor yang akan dipilih oleh MWA
3. Membentuk organ baru sesuai PP.66.
Sebagai analis amatiran, saya berpendapat bahwa ketiga opsi tersebut sama baiknya dan sama buruknya. Namun demikian, Prof Gumilar R. Sumantri siap-siap menghadapi kemungkinan terburuk yakni “pemecatan” oleh Majelis Wali Amanah yang diketuai Purnomo Prawiro dan turut hadir Emil Salim, Miranda Swaray Gultom, Arifin Suriatmadja dan Prof.Dr.der.Soz Gumilar Rusliwa Sumantri sertaAdnan Buyung Nasution,
Banyak kalangan menilai Prof. Gumilar cecenguk Raja Saudi, terbukti Prof. Gum mendatangi khusus kediaman Raja Saudi Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud. Saya malah terkekeh, emang kenapa kalau Beliau mendatangi kediaman Raja Saudi?. Toh dibenarkan kok, nich ada 3 cara pemberian gelar kehormatan:
Pertama: Dalam acara wisuda,
Kedua:  Dalam acara-acara besar
Ketiga: Diantarkan untuk kondisi-kondisi khusus.
(Catatan: Raja Saudi sedang sakit-sakitan)
Wajar dong diantarkan gelar kehormatan itu atas jasa dan peran Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud:
1. Membangun perdamaian di Timur Tengah
2. Kepedulian terhadap masyarakat Aceh dan Afrika
3. Membuka kran komunikasi interfaith
4. Sains dan teknologi.
Saya salut dengan firasat Prof. Gumilar bahwa gelagat pemecatan terhadap dirinya bernuansa politik. Makanya, beliau sangat  mengharapkan masyarakat tidak mengaitkan penghargaan ini dengan masalah politik. ”Karena ini adalah ranah akademik, bukan ranah politik”, tegas Sang Rektor.
Sayapun salut Pak Rektor sebab telah meminta maaf kepada sivitas akademika, permintaan maaf itu wajar karena pemberian gelar kehormatan tak berbeda jauh dengan tragedi pemacungan terhadap seorang TKW. Momen yang tidak tepat, namun kajian akademik yang tepat.
Maju terus Prof…!!! Biarkan anjing menggonggong kafilah berlalu. Tak mudah loh memecat rektor, tahapan panjang sekali. Syarat pertama adalah pengusulan pemecatan (Ingat: Pengusulan pemecatan), dilanjutkan ke mendiknas atas nama Presiden RI.
Saya hanya mau bilang begini: jika gelar kehormatan diberikan kepada tokoh yang benar-benar bersih, tanpa dosa, tanpa kesalahan. Maka lebih baik gelar kehormatan itu dimuseumkan sebab tak ada manusia yang berhak menerimanya kecuali malaikat.
Viva Senatore
Viva Academica
Viva Professore

0 komentar:

Posting Komentar