Refleksi Moralitas Komunitas Pendidik

Refleksi Moralitas Komunitas Pendidik

Demi Tuntutan Gaya Hidup, Eks Mahasiswiku Itupun Jual Diri


1319271226956894408
illustrasi: Batavia.wp
Entah setan apalagi yang mempengaruhi alam bawah sadar eks mahasiswiku. Seingat saya, ia termasuk mahasiswi yang lumayan berparas cantik, cukup cerdas dan sopan. Saya akui penampilannya saat jadi mahasiswiku terbilang wah. Handphone dan jenis pakaian serta dandanannya lumayan fashionable.
Sudah menjadi rahasia umumlah, kelas-kelas sosial dan teknik berpakaian anak kuliahan mulai dari ala kadarnya sampai yang top fashion. Belum ada juga riset perilaku tentang hubungan tingkat ekonomi dan pendapatan orangtua terhadap kecenderungan berpakaian dan penggunaan gadget pada mahasiswa. Kita hanya berasumsi bahwa terdapat korelasi antara tingkat ekonomi dengan life style mereka.
Sekali ini terjadi pemandangan negatif, menyuramkan pikiran dan perasaan saya. Bagaimana mungkin seorang (eks mahasiswi) memperdagangkan tubuhnya hanya tuntutan gaya hidup seperti di kala masih menjadi mahasiswi. Apa karena kiriman uang dari orangtua tak sebesar dulu lagi?. Ataukah ingin cepat bekerja namun sulitnya menjadi pegawai negeri atau sulitnya diterima bekerja di perusahaan bonafid dan BUMN semisal perbankan dan telkom?.
Entahlah…informasi yang saya dapatkan bahwa eks mahasiswiku itu merasa kehilangan jati diri dan identitas saat-saat ini. Ia tak lagi self confidence dengan performance dirinya setelah menjadi seorang alumni.
Kisah ini saya awali saat bertemu dia di sebuah rumah makan di bilangan Jalan Irian-Kota Makassar. Saya tak menyangka juga pada pukul 03.00-an, dia berada di tempat itu, Sebetulnya hal ini wajar sebab rumah makan yang kerap warga Makassar menyebut MIe-Titi terbuka 24 jam.
Namun yang mengherankan buat saya, mengapa eks mahasiswi itu “berada” di pusat kota itu dini hari dengan pakaian yang sudah mirip penjaja seks. Ada apa dengannya?. Apakah telah terjadi revolusi perilaku pada dirinya?. Mengapa justru telah menjadi alumni, ia tidak lebih baik? Ini teropongan dari luar saya. Pandangan kasat mata saya.
Apakah dengan keterjepitan ekonomi ataukah kesempitan hidup yang mungkin saja telah terbiasa berperilaku “wah” saat mahasiswi membuat ia harus pertahankan gaya hidup itu dengan taruhan kelewat mahal yakni menjajakkan diri walau sifatnya freelance?.
Saya sayangkan sekali sebab ia telah ditempa selama kuliah untuk giat berpikir universe dan logis. Logiskah mengorbankan diri hanya gara-gara mempertahanakan gaya hidup yang sebetulnya bukanlah hal esensial?.  Ah, pikiran saya ngaco malam itu.
Malam yang cukup dingin saat itu, tak sedikitpun alasanku untuk menyalahkannya, saya hanya bertanya-tanya gejala apa yang terjadi pada dirinya. Saat itupun saya terdorong untuk menghampirinya sebab sedari tadi juga ia sekali-sekali mengarahkan pandangannya kepadaku. Ia masih sendiri di mejanya, saya berdiri dan beranjak dan menghampirinya. Dengan penuh keraguan ia memberi senyuman.
Kami ngobrol seadanya dan ternyata dia dari tadi pengen tinggalkan tempat ini hanya saja risih karena harus melewati meja saya. Begitu pengakuan jujurnya kepadaku.
* * *
Karena arlojiku sudah menunjukkan pukul 04.00, sayapun hendak pulang. Saya bayar kasir rumah makan itu sekalian bayarkan dia. Ia ternyata mengikutiku. Saya sadar ia di belakangku. Saya tanya dia mau ke mana?. Bukannya dia menjawab pertanyaanku tetapi dengan malu dan sangat berat -tentunya juga segan- ia minta uang ongkos taxi pulang.
Saya tentu kaget sebab hal ini tak mungkin ia lakukan untuk meminta ongkos taksi. Tanyaku dalam hati, apakah ia benar-benar tak punya uang? Ataukah ini hanya trik untuk suatu maksud dan tujuan.
Ini membuatku benar-benar penasaran akan tanyaku dalam hati dan mengerutkan dahiku berpikir. Ah, kenapa saya tidak tawarkan saja untuk mengantarkan pulang ke rumahnya. Rupanya ia tak menolak untuk kuantar.
Dalam perjalanan, kami sama-sama segan bertanya satu sama lain. Satu-satunya pertanyaan yang saya ajukan adalah apa sudah kerja?. Inilah pertanyaan yang sukses membuka obrolan kami berdua di atas mobil.
Terungkap sudah saat ia menyampaikannya dengan nada suara terbata-bata. Pengakuannya sudah tak gadis lagi, ia pernah pacaran dengan seorang cowok yang berkantong lumayan. Cowok itulah yang menjadi tumpuan dalam mempertahankan gaya hidup “wah”nya selama dalam masa pengangguran.
Ia mengakui tak ingin dikatakan “mundur” dalam dunia pergaulan masa kini, dunia hiruk pikuknya IT dan beragamnya produk-produk gadget. Ia tak rela memiliki hanya satu handphone, ia sudah terbiasa gonta-ganti handphone dan juga membeli baju-baju bermerek.
Tuturannya memperlihatkan bahwa ia pacaran dengan cowok itu dengan maksud dapat mensuplai lembaran rupiah akan kebutuhan gaya hidupnya. Sayangnya, sang cowok memutuskannya sebab sang cowok telah merasa kalau eks mahasiswiku ini menguras isi dompetnya.
Tak perlulah saya melanjutkan kisah ini sebab ujung-ujungnya adalah eks mahasiswiku ini telah menjual dirinya demi sebuah gengsi pergaulan, gengsi gaya hidup. Itulah simpulan akhirku dari penuturannya.
Pesan perilaku: “Jika dunia telah diguncang peradaban dengan kecanggihannya. Pertanyaannya, berapa banyak manusia yang belum siap menghadapinya”
Demikianlah tulisan sederhanaku malam ini.. Semoga bermanfaat.. Selamat Malam.
1319272012220837258

Cinta yang Tak Pernah Terucap


13197682481849097495
ilustrasi: forumkami.com
Istriku…
Kamu boleh nuduh papa tak romantis, tak fasih lafazkan kata cinta setiap hari. Engkau sering ungkapkan betapa romantis Sophan Sofyan dan Widyawati, setiap harinya mereka berucap I Love You. Saat mereka tidur, tangan mereka saling menggenggam sampai mereka terbangun menjelang fajar. Kuakui, kubukan seperti mereka. Sebetulnya kucemburu juga dengan romantisme mereka namun kutak dapat memaksakannya sebab kutak punya talenta seperti mereka. Inilah aku. Seada-adanya. Tiada lebih, pun tiada istimewa di matamu.
—————————————————————
Istriku… Kutak Ingin Mengganggu Tidurmu
- Saat engkau tidur terlelap di kamar kita. Saya berpikir bagaimana engkau tak terganggu. Saya buka pintu kamar dengan sangat hati-hati hingga tak menimbulkan suara sekecil apapun yang dapat mengusik tidurmu.
- Saat engkau tertidur pulas. Lagi-lagi saya perhatikan kepalamu tak beralas bantal. Kuangkat kepalamu sangat pelan dan menaruh bantal. Kusangat khawatir jika engkau terbangun namun ku juga sangat mencemaskan kepalamu tak beralaskan bantal. Kutakut transportasi darah dalam otakmu tak berjalan normal. Dan kusangat menghargai kepalamu sehingga saya takkan membiarkannya rata dengan tubuhmu.
- Entah sudah berapa kali hasrat bercinta ini hadir. Namun kutakut membangunkanmu saat engkau tertidur dengan pulasnya. Dan engkau tahu selama kita menjadi suami-istri, kubelum pernah membangunkanmu untuk urusan yang satu ini. Bukan kutak pengen namun sekali lagi kucemaskan jika tidurmu tak cukup dan berpotensi membuatmu sakit ringan, entah sakit kepala ataukah perasaanmu terganggu karena terbangun oleh inginku. walau itu kutahu pasti adalah kewajibanmu sebagai istriku.
—————————————————————
My Love…
Saat engkau pulang kantor dan membawa laporan-laporan dan wajahmu begitu kusut. Saya tak bertanya apa-apa, kutakut pertanyaanku akan mengganggumu. Berkas-berkas itupun menurutku engkau simpan di sembarang tempat. Dengan keberanianku, saya ambil berkas itu dan menyimpannya baik-baik di atas mejamu.
—————————————————————
Juwitaku…..
Engkau kadang ceritakan mesin cuci tetangga sering rusak. Tanpa engkau sadari dan tanpa engkau bertanya-tanya mengapa mesin cuci kita tak pernah bermasalah. Oh iya mama, tanpa sepengetahuanmu pun saya kontrol mesin cucimu setiap waktu dan pernah mengganti timing-beltnya sebab sudah kalah. Kulakukan ini agar saya cemaskan dirimu saat mesin cucimu bermasalah. Dan syukur itu tak pernah terjadi.
Bahkanpun engkau tak pernah sadari megapa kompor gasmu tak pernah bermasalah. Engkau tak tahu betapa seringnya kubenahi selang-selangnya dan dudukannya. Kuawasi meterannya, kutakut mama kehabisan gas dan membuatmu susah. Sebelum gas itu benar-benar telah habis, kumampir di langganan kita agar membawa tabung gas sore ini ke rumah kita. Sebab kutelah prediksi, besok pagi gas kita akan habis.
—————————————————————
Kasihku……
Kemarin kuurungkan niat untuk bermain futsal sebab kukhawatir jika kakiku terkilir bahkan patah. Bukan lantaran kusayang anggota tubuhku. Tapi kucemaskan jika itu terjadi dan siapa yang bisa mengantarmu ataupun menjemputmu jika engkau membutuhkanku.
—————————————————————
Dian Hidupku…..
Telah lama engkau melihatku demikian santai di rumah. Sebetulnya banyak tugas dan kewajiban kampus yang harus kuselesaikan di rumah. Tapi tak kulakukan itu. Kumemilih terlihat santai agar engkau dapat memanggilku setiap saat jika ada yang hendak engkau perlukan padaku.
—————————————————————
Soul-Mate-Koe…..
Saat engkau membaca SMS ini, engkau tau aku telah pergi atas permintaanmu sendiri. Kupergi karena saya tak mau disebut sebagai suami pembangkang kepadamu. Kuturuti titahmu agar engkau merasa enakan. Kutahu banyak lelaki di luar sana yang doyan mengucap kata cinta dan sayang kepadamu. Semoga engkau mendapatkan teman hidup melebihi dariku yang dapat memenuhi harapan-harapanmu selama ini yang tak kumiliki. Yang dapat berucap cinta setiap hari padamu, berkata sayang setiap waktu.
Sebab selama ini kubukanlah seorang suami yang sanggup berkata cinta. Katakanlah seorang suami dengan cinta yang tak pernah terucap. Mungkin bentuk cintaku berbeda dengan lelaki lain. Ekspresi cintaku telah kupaparkan dalam terapan rasa dan cinta. Dan itulah kusebut pengabdian kepada seorang istri. Maafkanlah aku sebab kutak mampu meberimu sekuntum bunga yang engkau sebut sebagai simbol cinta dan kasih sayang.
Dan inilah jawaban SMS dari Sang Istri:
Papa…
Pulanglah papa.. kubaru tersadar…
Cinta papa teramat besar padaku
Tiada duanya..
Pulanglah papa
Air mata mama sembab
Jangan biarkan mengering papa
Papa ingin menyaksikan air mata ini
Saat mama memelukmu
Note:
Tulisan ini terinspirasi oleh seorang sahabat di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dan telah saya modifikasi
Mudah-mudahan tulisan ini sedikit memberi manfaat.
Boleh komentar serius, canda, ataupun komentar apa saja.
1319763633439343874

Lelaki Sial


a turun dari taksi. Derap langkah terhuyung-huyung dan berlutut di hadapanku. Kutak sanggup menatap wajahnya yang telah bercucuran air mata. Apa yang telah menimpa nasib seorang duda ini?. Setahu saya lelaki ini ditinggal mati istri pertama karena kecelakaan lalu lintas. Dua tahun kemudian, ia menikah lagi. Tak cukup setahun, sang istripun wafat oleh sebuah kecelakaan lalu lintas juga. Ia menduda selam empat tahun.
* * *
Ia baru saja pulang dari Palopo, sebuah kota berjarak 300 km dari Kota Makassar. Ia menikahi seorang dokter gigi pada tanggal 24 sepetember 2011, namun keesokan harinya ia dipaksa untuk bercerai sebab keluarga sang istri baru tak menerima sang duda ini.
Mereka khawatir putrinya kan bernasib sama dengan kedua istri sebelumnya dari sang duda ini. Keduanya tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Keluarga sang pengantin wanita memaksa lelaki yang sudah sah menjadi suami ini untuk menandatangani surat pernaytaan talaq.
Alasan terkuat dari keluarga perempuan bahwa lelaki ini adalah lelaki sial sebab kedua istri sebelumnya mati dengan tragis. Ia lelaki sial dan tak boleh menikah lagi karena akan membunuh wanita yang akan diperistrikannya.