Professor Mat Pono


Seorang kawan sangat mengagumi teori:
“Jika ingin meyakinkan seseorang,  besarkan dan keraskanlah suaramu”.
Kawanku ini menurut pandanganku termasuk mahasiswa yang suka berpikir lateral dan kadang membuat alasan di luar dugaan. Namanya Aldi (nama samaran)
Ia pernah dibonceng motor di kawasan preman, ia dihadang dan dihajar habis-habisan oleh puluhan preman. Untunglah kawan saya ini sempat lolos dan melarikan diri. Namun, temannya ia tinggalkan, ratusan bogem mentah mendarat di tubuh temannya.
Bahkan temannya sampai pingsan, saat siuman ia mencari Aldi. Ternyata Aldi tak lari ke mana, Aldi lari ke rumah orangtuanya. Temannya berkata: “Aldi. Sampai hati kamu tinggalkan saya dihajar habis-habisan. Di mana loyalitasmu debagai seorang sahabat”.
Dengan entenganya Aldi menjawab: :”Saya lari bukan karena takut. Tapi saya lari karena saya tidak tega melihatmu dihajar terus”.
* * *
131648338113485560Note: Aldi (baju putih) sang pencetus Prof. Mat Pono (Koleksi pribadi)
Ia paling tak suka dengan dosen text booker. Kawanku ini jenuh memandang sang dosen sedari tadi hanya klik-klik laptop dan membacanyapun ke arah tayangan LCD sehingga membelakangi mahasiswa.
Padahal sang dosen tersebut dalam penilain saya amatlah pintar, sayang sekali ia kurang cerdas dalam transformasi ilmunya ke mahasiswanya.
Untuk memancing agar ilmunya keluar, kadang teman-teman mengajukan pertanyaan kritis. Nah, sang dosen akan melayani. Berjalanlah tanya jawab dan diskusi, rupanya sang dosen ini kurang kompromi jika hanya kita mengungkapkan pendapat tanpa referensi misalnya siapa penemu teori itu.
Aldi inipun kelabakan sebab tak dapat meyakinkan sang dosen tanpa menyebut seorang ilmuan. Akhirnya Aldi berucap dengan suara menggelegar: “Maaf. Menurut Prof Mat Pono, bahwa kecenderungan manusia akan semakin mengecil dari abad ke abad. Bahkan menurut Mat Pono lagi, 200 juta tahun akan datang, manusia hanya sebesar botol air mineral”.
Rupanya sang dosen sangat puas dengan jawaban kawan saya ini. Padahal Mat Pono itu adalah temanku juga sedang kuliah. Mat Pono saat disebut namanya, tertunduk terus sampai kuliah selesai.
Itulah salah satu sisi lain dari pengajaran yang orientasi text book melulu, kadang sulit menerima pendapat yang belum mendunia apatah lagi hanya diucapkan seorang mahasiswa yang nota bene ilmu dan pengalamannya di bawah dari sang dosen. Padahal tak selamanya demikian.
Kuliah-kuliah selanjutnya, mahasiswa berbisik-bisik:
“Mat Pono akan mengajar”.
“Hussssst”
“Mat Pono akan mengajar”.
“Mat Pono nanti ngajar”.
Akhirnya, jika Anda menemukan seorang dosen yang hanya mampu membaca text book di hadapanmu, Anda boleh menggelarinya Prof. Mat Pono.
1316461395422957045

0 komentar:

Posting Komentar